Minggu, 21 Agustus 2011

"NASIONALISME PEMUDA SEBATAS DUNIA MAYA"

“NASIONALISME PEMUDA SEBATAS DUNIA MAYA”
*Yoyarib Mau

Indonesia baru saja merayakan hari kemerdekaannya pada 17 Agustus 2011 dengan usia yang ke 66 tahun, terlihat dalam media jejaring sosial - facebook dan twiter hampir sebagian besar pengguna facebook yang didominasi oleh anak muda menulis di wall (dinding) tentang kemerdekaan, bahkan kata pekikan kemerdekaan Merdeka…merdeka…. Menjadi bahasa yang diidentikan dengan hari kemerdekaan, kata yang melukiskan sikap heroisme para pejuang kemerdekaan.

Di ruang chat salah satu fitur fasilitaas yang disediakan oleh media jaringan sosial facebook, untuk menyapa teman, sahabat atau lawan obrolan selalu menyapa sesamanya pada hari kemerdekaan itu dengan ucapan kata Merdeka…..sekali merdeka tetap merdeka…..namun para kaum muda yang kritis dan miris dengan keadaan sosial masyarakat saat ini dengan nada miring, mengungkapkan pertanyaan, siapa bilang Indonesia sudah merdeka ? apanya yang merdeka ? pertanyaan ini tidak dapat disalahkan atau disanggah karena realitasnya masih banyak rakyat Indonesia hidup jauh dari komitment dan tujuan Indonesia merdeka.

Dalam pembukaan UUD 1945 menuliskan dalam alinea pertama, “bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan peri kemanusiaan dan peri keadilan” dan kemudian pada alinea keempat menuliskan, “….membentuk suatu Pemerintahan Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dn ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial,…..”

Pertanyaan-pertanyaan yang diungkapkan oleh masyarakat pada umumnya tidak menjadi kerisauan rakyat semata-mata tapi hampir menjadi rintihan masyarakat Indonesia yang hidup dalam lilitan kemiskinan dan harus menjalani kehidupan dengan makan nasi aking, makan nasi yang di campur tiwul, air tajin diminum pengganti susu, anak-anak penderita penyakit busung lapar yang disebabkan karena kekurangan zat makanan yang disebut protein atau putih telur, sehingga darah kekurangan protein, akibatnya terjadilah osmosa koloid.

Kondisi real yang menimpa tanah air membuat Ibu Pertiwi menangis sehingga para pejuang kemerdekaanpun angkat bicara sebagaimana yang dilakukan oleh Ketua Umum PPAD Letnan Jenderal (Pur) Soerjadi mengkritik keras pemerintahan SBY. Pemerintah dinilai tidak peka bahkan telah menyimpang dari nilai-nilai yang dikandung dalam UUD 1945 Pernyataan itu diungkapkan saat pelantikan Ketua PPAD Mayor Jenderal (Pur) Priyanto (http://www.poskota.co.id). Pendapat purnawirawan ini tak dapat disalahkan karena sesuai dengan relitas yang terjadi dalam kehidupan masyarakat.

Karena kondisi sosial yang menimpa masyarakat akibat dari perilaku pemerintah yang tidak menjalankan pemerintahan yang sesuai dengan apa yang diamanatkan oleh UUD 1945 sehingga mengakibatkan persoalan –persoalan kehidupan masyarakat yang tidak sejahtera, sulit untuk mewujudukan ketertiban bagi pemeluk agama yang ingin menjalankan ibadahnya, memberi ruang bagi berkembangnya penjajah baru yakni para koruptor yang menjarah uang rakyat untuk kepentingan pribadi, keluarga kelompok, dan partai politik tertentu.

Kondisi ini menghadirkan pertanyaan lanjutan untuk menganalisa persoalan adalah dimana peran pemuda untuk mengobarkan kembali semangat kemerdekaan yang di perjuangkan oleh para pejuang dalam kemajuan konteks kemajuan teknologi saat ini berlandaskan UUD 1945 ?

Pemikir Antony Gidens mengungkapkan bahwa “tindakan manusia tidak merangkai rantai kumpulan interaksi dan nalar, namun monitoring perilaku dan konteksnya secara konsisten, ini adalah sarana untuk menangani ruang dan waktu yang memasukan segala aktifitas atau pengalaman tertentu di dalam keberlanjutan masa lalu, masa kini, dan masa depan, yang pada gilirannya distrukturkan oleh praktik-praktik-praktik sosial yang tengah berlangsung. Tradisi tidak sepenuhnya statis, karena ia harus ditemukan ulang oleh setiap generasi baru ketika ia mengambil alih warisan budaya dari pendahulunya” (Anthnoy Gidens – 2009 – Kreasi Wacana).

Pemuda dan Dunia Maya

Dunia firtual adalah sebuah peradaban teknologi di mana manusia digiring dalam ruang ini yakni ruang teknologi diaman jika masa lampau manusia hanya dapat berkomunikasi lewat oral, kemudian mengalami peningkatan pada komunikasi tulisan yakni surat namun kini kecanggihan menghantar manusia pada suatu era baru yang hampir saja tidak di batasi oleh ruang dan waktu.

Ruang interaksi dan nalar di kondisikan dalam dunia jejaring sosial yakni facebook dan twiter bahkan dalam teknologi “anroid” dan juga teknologi RIM yang dimilki blackberry sehingga masyarakat dapat melakukan aktifitas Blackberry Masangger (BBM). Kemajuan teknologi ini membuat komunikasi semakin cepat dalam sedetik masyarakat dapat dengan mudah membangun pertemanan dan mencari teman lama dengan mudah, konsolidasi dan komunikasi dapat di bangun dalam media sosial sangat efektif dan efisien.

Pengalaman konsolidasi nasional yang dilakukan untuk menggalang koin dukungan bagi Prita Mulyasari yang didakwa melakukan pencemaran nama baik akhirnya mampu mempengaruhi putusan pengadilan negeri, Gerakan 1.000.000 Facebookers Dukung Chandra Hamzah & Bibit Samad Riyanto, keduanya ditetapkan sebagai tersangka dugaan penyalahgunaan wewenang dan penyuapan dalam kasus PT Masaro Radiokom. Jaksa Agung namun kuatnya dukungan public lewat dunia maya (jejaring sosial) mampu mempengaruhi kebijakan.

Dalam perjuangannya group-group dukungan untuk persoalan lain pun cukup digalang melalui media jejaring sosial seperti ini ataukah ada model pendekatan lanjutan yang dapat dilakukan pemuda sebagai bentuk perjuangan nasionalisme. Tentunya kekuatan media teknologi jejaring sosial saat ini memiliki kecepatan yang cukup untuk menyampaikan informasi dan mendapatkan respon dapat diukur karena ada bentuk nyata dukungan, yakni bergabungnya individu –individu dalam group tersebut melalui komentar dan tanda djempol suka atas group tersebut.

Nasionalisme Sejati

Sehari pengelola akun jejaring sosial dan penguna blackberry akan meluangkan waktu yang cukup atau bahkan sebagian waktunya di habiskan di depan layar computer atau ke layar hand phone untuk memberikan tanggapan, membangun pertemanan dan mengikuti info terkini. Pemuda akan berdebat dan beradu argument tentang informasi yang di akses kemudian dipublikasikan ke ruang jejaring sosial ini. Perdebatan adu nalar dan pengetahuan dari pemuda atau masyarakat akan di hipnotis untuk berada di depan layar sepanjang waktu untuk memberi tanggapan kontra atau pro-kontra.

Kasus Bank Century, Kasus Mafia Pajak Gayus Tambunan, Kasus Wisma Atlet yang melibatkan Bendahara Partai Demokrat M.Nazarudin yang menyedot uang rakyat triliunan rupiah, dalam kasus-kasus ini di media jejaring sosial masyarakat mengungkapkan kekesalan, analisa persolan, bahkan ragu akan proses hukum semuanya dituangkan dalam tulisan didinding jejaring sosial, pesan singkat bbm, namun kasus-kasus ini sepertinya berakhir dengan transaksi politik.

Kasus – kasus yang merugikan negara dan dilakukan oleh aparat pemerintah memang jauh dari harapan dan tujuan bernegara yang diamanatkan dalam UUD 1945, apresiasi masyarakat dengan berpendapat dan berkomentar dalam era demokrasi sudah cukup baik namun sepertinya hanyalah cuap-cuap di media jejaring sosial tanpa langkah konkrit agar pengawalan terhadap persoalan-persoalan bangsa dapat diselesaikan dengan tuntas.

Kenyataan pemuda hari ini sebagai tulang punggung bangsa barulah sekedar perjuangan wacana dan membangu opini semata tanpa perebutan dan penyelesaian persoalan, menapaki apa yang diungkapakan oleh Gidens bahwa masa lalu, masa sekarang dan masa yang akan datang harus mampu distrukturkan dalam praktik-praktik sosial yang sedang dikerjakan. Kenyataan yang ada tidak dilakukan oleh pemuda Indonesia dalam membangun nasionalisme hanya berkoar – koar dalam media jejaring sosial tetapi tidak bangkit melakukan perjuangan fisik sebagaiman kemerdekaan di raih melalui perang fisik. Pemuda tidak lagi melakukan refleksi nasionalisme atas para pejuang kemerdekaan yang merebut kemerdekaan dari para penjajah sudah memiliki keberanian nyata di media jejaring sosial tetapi tidak mampu menjadi karakter mereka.

Seharusnya wacana dan opini yang berkembang dalam dunia jejaring sosial akan mampu direproduksi menjadi aktivitas manusia yang lebih radikal (namun sesuai koridor hukum) yakni gerakan jalanan (extra parlementer) yang dilakukan dengan arak-arakan masa turun ke jalan untuk melakukan penekanan kepada pemerintah sebagai pressure agar pemerintah menjalankan pemerintahan dengan baik.

Nasionalisme sejati yang dilakukan dalam sejarah adalah yang dilakukan Mother Theresa dengan gerakana jalanan yakni datang dan hidup bersama dengan orang miskin di India tidak hanya sekedar berwacana, berkhotbah dan berorasi dari mimbar/podium. Tetapi bukti keterlibatan secara fisik di tengah- tengah masyarakat hal ini yang dilakukan Muhamad Yunus seorang bankir dari Bangladesh yang mengembangkan konsep kredit mikro, yaitu pengembangan pinjaman skala kecil untuk usahawan miskin yang tidak mampu meminjam dari bank umum. Yunus mengimplementasikan gagasan ini dengan mendirikan Grameen Bank. Dan gerakan extra parlementer yang harus dilakukan pemuda Indonesia sebagai wujud nasionalisme sejati sebagaimana yang dilakukan oleh Anna Hazare aktivis anti korupsi yang mampu menggerakan ribuan orang turun ke jalan duduk melakukan aksi mogok makan sebagai aksi memrangi tindak korupsi di India.

Contoh ketiga tokoh diatas sebenarnya memberikan inspirasi bagi pemuda untuk menunjukan nasionalisme sejatinya yakni membebaskan negara dari jajahan kemiskinan dan korupsi yang melilit, kemudahan yang dihadirkan teknologi sebenarnya sebuah keuntungan untuk melakukan konsolidasi kekuatan serta penyampain opini bahkan propaganda namun waktu dan energy yang dimiliki tidak tersita untuk berwacana di media jejaring sosial tetapi perlu direalisasikan seperti yang telah dilakukan oleh ketiga tokoh Mother Theresa, Muhamad Yunus dan Anna Hazare.

*Mahasiswa Ilmu Politik – Kekhususan Politik Indonesia – FISIP – UI
Sekertaris Fungsional Bidang Aksi dan Pelayanan PP. GMKI Masa Bakti 2010 - 2012




Tidak ada komentar:

Posting Komentar