“Anomali POT Bunga
Politik”
*Yoyarib Mau
Masyarakat Persehatiaan Orang Timor (POT) adalah Orang Timor
sebagai penduduk asli yang mendiami Pulau Timor di NTT yang meliputi: Kab.
Belu, Kab. Timor Tengah Utara, Kab. Timor Tengah Selatan, Kab. Kupang dan Kota
Kupang. Menarik dari ormas POT adalah bukan lembaga atau institusi politik
namun dalam setiap perhelatan politik selalu hadir dan memberikan partisipasi
politik, partisipasi politik POT teranyar dalam pemilu legislatif yang telah
berlalu, POT secara resmi memberikan dukungan politiknya untuk memenangkan
pasangan capres-cawapres Prabowo-Hatta pada 26 Mei 2014 di depan Kantor DPD
Partai Gerindra Provinsi NTT.
POT memiliki basis pemilih yang
cukup real dari jumlah pemilih NTT yang terdaftar sebagai DPT sebanyak 3.1 juta.
Pemilih yang mendiami Pulau Timor yang juga merupakan basis POT, hasil pemilu
presiden 09 Juli 2014 yang lalu, dari jumlah pemilih yang ditetapkan sebelum
pemilu legislatif sumber KPUD-NTT di beberapa kabupaten yang merupakan basis
POT tersebar, seperti di Kab. Kupang 201.395, TTS 289.534, TTU 151.176, Belu
247.354 di tambah dengan sebagian basis POT yang bermukim di Kota Kupang maka
dapat diprediksi berkisar 1 juta pemilih.
Dukungan basis ini tidak sejalan
dengan harapan yang hendak dicapai oleh POT, saat sesumbar yang disampaikan
dalam deklarasi dukungannya kepada Prabowo-Hatta. Hasil rekapitulasi perolehan
suara pemilu presiden di NTT. Prabowo Subianto -Hatta Rajasa hanya memperoleh
suara 769.391 suara atau 34,08%, padahal idealnya jika POT mendukung pasang ini
maka 30% suara yang di peroleh ini berasal dari basis POT, sebelum ditambah
dengan basis Prabowo-Hatta di kabupaten lain yang bukan basis POT. Kenyataan
yang terjadi pada pemilu presiden yang telah berlalu suara pasangan
Prabowo-Hatta di kab/kota basis POT hanya 362.304, harapan untuk menggarap
suara di basis POT tidak mencapai 50% .
Realitas politik ini menghadirkan
beberapa pertanyaan yang cukup mendasar bahwa, mengapa POT tidak berhasil mendapatkan tempat di hati masyarakat Timor ?
POT ini dibentuk untuk apa dan siapa ?
Deklarasi dukungan POT untuk Prabowo-Hatta dapat diberi kesimpulan sementara
bahwa pemilih di NTT dapat digarap untuk memilih calon tertentu karena aspek
rasional psikologis pendukungnya.
Tobias Basuki Staf Peneliti
Departemen Politik dan Hubungan Internasional CSIS memberikan karakterisasi
pemilih; 1. Pemilih merupakan masa mengambang yang siap diarahkan penguasa. 2.
Pemilih oportunis yang menunggu insentif material (menunggu serangan fajar atau
politik gentong babi dimana diberi sumbangan baru memberikan suara bagi
partai/figure yang memberi). 3. Kelompok pengikut yang hanya mengikuti langkah
pemimpin agama, sosial ataupun etnis (Analisi CSIS – Maret 2014 – Vol 43 No 1).
Strategi POT untuk mendapatkan
dukungan melalui karakterisasi, dimana mengharapkan kelompok pengikut atau
basis POT mengikuti apa yang dilakukan oleh para pemimpin atau pengurus. Sejatinya
keberadaan POT sebagai civil society yang bertujuan melakukan pemberdayaan,
pembelajaran dan pendidikan bagi masyarakat sipil (khususnya orang Timor – Atoin Meto). Dengan tujuan
mensejahterakan dengan peran bergaining power dalam mempengaruhi kebijakan
pemerintah pusat atau pemerintah daerah yang berpihak bagi orang Timor.
Kenyataan yang terjadi wujud
pengurus POT mengambil haluan yang berbeda memposisikan dirinya sebagai ormas
yang memiliki legitimasi sosial untuk membentuk diri menjadi rezim despotik dan
berevolusi menjadi kelompok menengah,
sebagai sebuah stratum yang dapat di identifikasi kepentingannya yakni
hasrat ekonomi dan kekuasaan (politik) dengan membangun tempramen ideologi baru
yakni bangkitnya orang Timor (Spring Timor)
musim semi di tanah Timor akibat politik warisan penjajah (devide et impera).
Pola yang dilakukan selalu melalui
sistem yang dibangun sebagaimana yang diungkapkan oleh David Easton dalam teori
sistemnya, apabila dianalogikan POT sebagai out
put dan orang Timor sebagai in put, menurut David Easton, agar sebuah
sistem dapat terus berlangsung maka out put (POT) harus senantiasa memperoleh
in put (dukungan orang Timor) dari lingkungannya, karena tanpa in put maka
sistem tersebut tidak akan dapat bekerja dan berjalan dan sebaliknya tanpa out
put maka kita tidak akan menikmati dan mengetahui hasil dari sebuah sistem
(Ronald H. Chilcote – Grafindo – 2003).
Keberadan POT yang tampil sebuah
kekuatan sosial politik di NTT tentunya tersistem dalam kepengurusan serta
memiliki AD/RT. Kenyataannya setiap pengambilan keputusan selalu saja menurut
kehendak segelintir pengurus saja, atau pengurus memobilisasi perwakilan raja
dari suku atau klan yang ada didataran Timor untuk merepresentasi masyarakat
Timor. POT selalu saja menguntungkan dan dimanfaatkan dalam setiap momentum
pemilu, awal berdirinya POT dimanfaatkan dalam pemilu 2004 dimana masyarakat
diarahkan untuk memilih orang Timor untuk kursi DPD-RI maka saat itu semua
orang Timor memilih Jonatan Nubatonis.
Terpilihnya Jonatan Nubatonis sebagai anggota DPR- RI dari NTT merupakan
sebuah prestasi yang luar biasa, kemudian dalam Kongres POT II memilih Jonathan
Nubatonis sebagai Ketua Umum dan Gustaf Oematan sebagai Sekertaris Umum. Dalam
perjalanan ormas ini akan terdengar dan terlihat taringnya ketika menjelang
suksesi kepemimpinan dalam Pilkada, Pemilu Legislatif dan Pemilu Presiden. POT
akan bersuara untuk siapa yang diusung atau berafiliasi. Pada Pilkada Kota
Kupang yang telah berlalu Gustaf Oematan diberbagai media mengatakan bahwa
dirinya telah siap untuk maju sebagai calon walikota, karena sudah saatnya
orang Timor pimpin Kota Kupang. Gustaf Oematan beranggapan bahwa dirinya
sebagai representasi dari orang Timor telah mendapat restu dari para tokoh
orang Timor yang tergabung dalam organisasi POT.
Pemilu 2009 Jonatan Nubatonis tidak
lagi maju sebagai calon DPD-RI karena maju sebagai calon anggota DPR-RI dari
Partai Karya Perjuangan, Istrinya Carolina Nubatonis – Kondo maju sebagai calon
DPD-RI dan terpilih, sedangkan Pileg 2014 strategi Ketua Umum POT ini berubah,
dirinya tidak lagi mencalonkan diri tetapi incumbent DPD-RI tetap maju sebagai
caleg DPD-RI bersama anaknya Ronny Nubatonis caleg No 2. DPR-RI dapil II NTT dari
Partai Bulan Bintang.
Pada Pemilu Gubernur 2013 yang lalu
Esthon Foenay mendapatkan dukungan dari POT dalam pilkada gubernur karena
posisi Esthon Foenay dalam ormas POT sebagai Ketua Dewan Penasihat, walau
hampir 10 tahun hubungan POT dengan Esthon Foenay tidak berjalan harmonis, namun dengan dibuatnya ritual adat potong
hewan sebagai hukum adat tertinggi untuk kembali membangun kesatuan (nekaf mese - ansaof mese) dan
mengharapkan seluruh orang Timor memilih pasangan Esthon-Paul akan tetapi
dimenangkan oleh pasangan Frans-Benny (Frenly).
Keberadaan POT perlu mengevaluasi
keberadaannya jika ingin mendapatkan pengakuan dari basis masanya dalam setiap
momentum politik, dimana dapat dibuktikan melalui dukungan suara sesuai dengan
arahan pengurus POT maka yang perlu dilakukan adalah kembali ke “khitah” POT yakni melakukan
pemberdayaan, pembelajaran dan pendidikan bagi masyarakat Timor dan tidak
memanfaatkan POT hanya untuk kepentingan pengurus, jika tidak POT hanya akan
menjadi bunga yang mekar dan bersemi di musim pemilu dan layu setelah pemilu.
*. Pemerhati Sosial –
Politik (Intelektual Muda Timor)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar