“Satire Charlie Hebdo Benturkan
Pluralisme”
*Yoyarib Mau
Revolusi
Perancis mengadirkan pengaruh bagi kehidupan bermasyarakat dan bernegara secara
luas, diantaranya; Berkembangnya paham liberalisme (kebebasan). Liberalisme
adalah paham kebebasan yang berhasil mengahpuskan kekuasaan mutlak (absolut) di
daratan Eropa, Berkembangnya paham berkebangsaan (Nasionalisme). Nasionalisme
adalah paham kebangsaan yang berusaha menentang segala bentuk penjajahan untuk
mencapai kedaulatan bangsa dan negara, Berkembangnya perlindungan hukum (The
Rule of Law), Berkembangnya sisitem demokrasi dan bentuk republik, Berkembangnya
paham kesamaan derajat. Revolusi Perancis diarahkan pula pada usaha-usaha
menghapuska diskrimanasi dalam kedudukan, status sosial, agama, dan warna
kulit, dan keberhasilan Revolusi Perancis telah menghapus pengkotak-kotakan
masyarakat tersebut.Tidak ada lagi golongan bangsawan, ulama, atau rakyat
jelata. Semua rakyat mempunyai hak dan kedudukan yang sama dalam hukum dan
pemerintahan.
Keberhasilan
Revolusi Perancis yang mampu mengubah kehidupan dunia yang bar-bar dan salin
membunuh (cheotic) menjadi kehidupan
yang beradab dan berkeadilan maka kemudian bangsa-bangsa bersepakat untuk Deklarasi
Universal Hak Asasi Manusia (DUHAM) sebagai sebuah deklarasi yang diadopsi oleh
Majelis Umum PBB pada tanggal 10 Desember 1948 di Palais de Chaillot, Paris.
Deklarasi muncul langsung dari pengalaman Perang Dunia Kedua dan mewakili
ekspresi global pertama hak-hak dimana semua manusia secara inheren berhak,
DUHAM menjadi
dokumen dasar dari HAM.
Deklarasi DUHAM ini diadopsi pada 10
Desember 1948 oleh Perserikatan Bangsa Bangsa, DUHAM merupakan referensi umum
di seluruh dunia dan menentukan standar bersama untuk mencapai
perwujudan HAM. Meskipun DUHAM tidak memiliki kekuatan resmi secara hukum, namun
prinsip-prinsip
dasarnya telah menjadi standar internasional di seluruh dunia dan banyak negara
memandangnya sebagai hukum internasional. HAM adalah hak-hak dasar yang
dimiliki setiap orang semata-mata karena dia adalah manusia. HAM didasarkan
pada prinsip bahwa setiap orang dilahirkan setara dalam harkat dan hak-haknya.
Semua HAM sama pentingnya dan mereka tidak dapat dicabut dalam keadaan apapun.
Dari sejarah perjalanan negara
Perancis seharusnya Perancis berada di garis depan soal penegakan HAM, serta masyarakat
Perancis seyogiannya mencerminkan nilai-nilai HAM. Atas nama kebebasan sebagai
cermin dari nilai-nilai HAM maka majalah satie charlie hebdo menjalankan semangat
kebebasan itu dalam setiap artikel pemberitaan media yang disebarkan luas ke
publik. Jauh sebelum kartun pemicu utama tragedi charlie hebdo ada film
karya sutradara anonim Sam Bacile yang juga memicu emosi umat Islam, dalam film"Innocence
Of Muslims" mem-visualkan sosok Nabi Saw, film ini menuduh homoseksual terhadap
Nabi Muhammad Saw.
Belum reda soal masalah
film “innocence of muslims” kemudian ini giliran majalah mingguan Prancis, Charlie Hebdo mempublis kartun Nabi
Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam dalam edisi terbaru. Empat kartun Nabi
Muhammad SAW di Sampul depan majalah mingguan tersebut yang digambar sendiri
oleh pemimpin redaksi, Stephane Charbonnier, juga terlihat sangat provokatif
tersebut memperlihatkan seorang muslim duduk di kursi roda yang didorong
seorang Yahudi ortodoks di bawah judul Intouchable 2, merujuk pada film Perancis
dengan judul yang sama yang menceritakan seorang kulit hitam miskin yang
membantu seorang aristokrat cacat. Subjudulnya: Jangan Macam-Macam.
Akibat pemuatan kartun tersebut
ternyata akan berbuntut panjang, tiga orang bersenjata bertopeng
memasuki kantor satir mingguan Charlie Hebdo dan membantai puluhan orang
didalam kantor tersebut, yang mengakibatkan dua belas (12) orang tewas dan
delapan (8) terluka, termasuk empat (4) yang berjuang untuk hidup. Tiga
kartunis utama Charlie Hebdo yakni Charb, Cabu, Tignous, dan Wolinski tewas.
Sehari setelah Penyerangan Charlie
Hebdo berlanjut dengan penyanderaan di toko kelontong Yahudi yang menewaskan 4
sandera di Vincennes, Paris, sedangkan 1 orang tewas adalah pelaku
penyanderaan. Selain
korban ada 4 orang lainnya terluka dan kritis. Penyerangan terhadap Charlie
Hebdo juga sudah dilakukan berulang-ulang sebelumnya yakni pada 2012 lalu
pernah menerbitkan kartun bergambar Nabi Muhammad yang menghebohkan dunia
internasional. Prancis saat itu terpaksa
menutup sementara beberapa kedutaan dan sekolah di 20 negara karena khawatir
serangan balasan. Pada November 2011 kantor tabloid itu juga pernah diserang
ledakan bom setelah memajang karikatur Nabi Muhammad di halaman depan tabloid.
Aktivitas Charlie Hebdo
yang selalu menampilkan artikel karikaturnya yang dipublikasikan kepada publik,
menarik untuk mengetahui apa yang dilakukan oleh Satire Charlie Hebdo yang tak
selalu membela kebebasan berekspresi. Mereka memecat komikus mereka bernama
Siné yang pada tahun 2008 membuat kartun tentang anak Sarkozy (Presiden Prancis
waktu itu) yang mau beralih agama menjadi Yahudi demi menikah dengan anak
pengusaha kaya. Siné segera dipecat oleh Charlie Hebdo dengan tuduhan anti semit.
Kita tidak bisa berkata-kata tentang kasus Charlie Hebdo tanpa berkata-kata juga
tentang konteks sosial ekonomi politik yang terkait
dengannya.
Apakah tabloid ini anti islam atau
satire mingguan Charlie Hebdo ini sebagai alat propaganda dari tangan yang tak
terlihat (Invisible Hand) ? Teori “Invisible Hand” yang
dikenalkan oleh Adam Smith di dalam bukunya The Wealth of Nation (1776).
menurutnya pasar yang baik adalah pasar yang dibentuk oleh kompetisi antara
penawaran dan permintaan. Pemikirannya hendak mengatakan bahwa biarkan
pasar digerakkan oleh “kekuatan tersembunyi” yang akan menyeimbangkan antara
supply dan demand. Teori ini berujung pada membiarkan warga atau masyarakat
untuk melakukan aktivitas ekonomi mandiri tanpa campur tangan pemerintah.
Pada edisi
tertentu Charlie Hebdo pernah memuat kartun yang menggambarkan Bunda Maria
melahirkan Yesus berwajah babi. Juga pada Shoah (holocaust) Hebdo,
ketika majalah ini menghina kaum Yahudi karena membiarkan Palestina dibantai.
Pada tahun
2000, salah satu jurnalis Charlie Hebdo, Mona Chollet dipecat
karena melayangkan protes keras kepada Philippe Val, editor tabloid itu.
Dikarenakan Charlie Hebdo menuliskan orang Palestina sebagai orang barbar. Val
abai terhadap fakta bahwa Palestina adalah warga berdaulat yang sedang
mengalami perang. Mona Chollet bukan orang yang
pertama dipecat oleh Val. Sebelumnya, kolumnis Charlie Hebdo Philippe Corcuff
juga dipecat karena melakukan protes. Dalam surat yang ia tulis pada 3 Desember
2004, beberapa tahun setelah ia keluar, Corcuff menyatakan bahwa ia tidak
setuju kebijakan redaksi Charlie Hebdo yang abai terhadap Islam sebagai agama,
Islam sebagai gerakan politik, dan Islam sebagai alasan fundamentalisme.
Perilaku
yang dihadirkan oleh Charlie Hebdo yang mengatas namakan kebebasan sejati,
tetapi tidak mencerminkan nilai-nilai HAM karena ada kecenderungan kuat dari
invisible hand yang polanya selama ini
adalah sebagai berikut: Pertama;
selalu menciptakan pertentangan terbuka secara sosial akibat narasi
"benturan norma dan etika antar peradaban", memberi legitimasi bagi
tindakan-tindakan dan kebijakan politik agresi negara-nagara sekutu yang berkoalisi
melawan apa yg mereka sebut terorisme. Kedua;
merespon dari histeria dan phobia yang meluas yang dibangun barat dan sekutunya
dengan membuat fragmentasi Je Suis Charlie Vs Je Suis Ahmed (contoh konflik
Ambon Acang Vs Obed) yang memunculkan kebijakan politik negara-negara
barat untuk segera menggerakkan perang agresi skala besar untuk memberikan
perlawanan kepada negara-negara kontra barat yang memiliki sumber daya energi
di timur tengah (asosiasinya Islam).
Perang agresi yang dilakukan oleh invisible hand ini mampu
menghipnotis dunia dengand kekuatan propaganda media sehingga membuat
masyarakat kemudian terjangkiti perilaku dan kesadaran "Abai dan Lupa yang
hegemonik". Ini tak terlihat tetapi mampu meracuni dunia bahwa ada
kemanusiaan yang utuh dan menghargaai perbedaan tetapi butuh hidup berdampingan,
kemanusiaan sejati tidak harus menghina atau mengatasnamakan kebebasan tetapi
mengiris hati orang lain yang tak berdaya.
*Pemerhati
Sosial - Politik