“PACQUIAO
TERJEBAK DALAM LINGKARAN JUDI”
*Yoyarib
Mau
Taqline dalam
pertarungan tinju dunia antara Floyd Mayweather Jr vs Manny Pacquiao adalah
pertandingan abad ini, pertandingan tinju ini dipromotori oleh Mayweather Foundation
dilakukan untuk memperebutkan sabut gelar juara dunia tinju kelas welter WBA
super, WBC dan WBO. Generasi terakhir tinju dunia saat ini, untuk kelas hanya
ada dua nama besar yakni Mayweather dan Pacquiao dikarenakan masing-masing
memiliki keunggulan yang tak terbanatahkan.
Menarik dalam
pertandingan tinju dunia ini adalah hampir masyarakat dunia menyaksikan dan
kecewa akan keputusan para hakim yang memenangkan Mayweather. Sebagian besar
penonton tanah air menumpahkan kekecewaan lewat media sosial bahwa sepertinya
bukan pertandingan tinju tetapi pertandingan memeluk dan berlari. Kekecewaan tidak
saja diekspresikan oleh penonton di tanah air, tetapi mereka yang menyaksikan
secara langsung di arena ring tinju MGM Grand Garden Arena Las Vegas terdengar
di layar kaca bagaimana para penonton memberikan teriakan kekecewaan atas
keputusan pemenang pertandingan ini.
Pertandingan
tinju abad ini sngat sulit untuk diprediksi oleh para pakar tinju, para atlit, dan
mantan atlit tinju baik petinju dunia maupun nasional. Sebelum pertandingan ini
berlangsung Roy Joner Jr sebagai atlit
tinju dunia memberikan penilaian atas duel antara Mayweather vs Pacquiao
menurutnya; janggal rasanya melihat petinju belum terkalahkan (Mayweather)
hanya menang angka dari Paccquiao, akan sangat mengejutkan saya jika Floyd
berhasil menundukan Manny dengan menang angka, saya pikir Floyd mesti menang KO
dari Pacquiao tapi jika wasit memutuskan dengan angka maka saya pikir Manny
yang akan menang (http://sport.sindonews.com).
Tetapi
kenyataan tidak sejalan dengan prediksi rasional seorang petinju duniam yang
bisa menimbang terhadap menang tidaknya seorang petinju, Mayweather mendapatkan
kemenangan dengan skors yang diputuskan hakim dengan memberikan kemenangan
mutlak 118-110, 116-112, 116-112. Keputusan ini kemudian menghadirkan pertanyaan
sederhana tetapi menjadi tanda tanya sejagat bumi ini, mengapa harus Mayweather ?
Setiap orang
yang mendengar kata Las Vegas memorinya akan tertuju pada dua kata “kota judi”
atau oleh kalangan penduduk bumi sering menyebutnya “The Sin City” (http://m.antaranews.com) Las Vegas selalu
diidentikan dengan kasino dan kota yang melegalkan judi dan banyak banyak orang
memilih untuk berinvasi disana. Kota ini menjadi sorga bagi penjudi, kota
mafia, dan juga kota koboi. Kota ini menjadi pusat ekonomi bahkan bisnis judi
sudah berkembang menjadi salah satu obyek pariwisata. Menitikberatkan judi
sebagai ladang utama dan sumber daya terbesar bagi pembangunan kotannya.
Perjudian
menurut sosiolog Kartini Kartono ditentukan oleh beberapa hal; Pertama, adanya suatu
permainan-permainan beserta taruhan-taruhan dengan sesuatu yang berharga. Kedua, dilakukan oleh dua belah pihak
atau lebih. Ketiga, adanya kemenangan
dan kekalahan dalam permainan. Keempat,
untung-untungan artinya taruhan tersebut telah dilaksanakan, diketahui kalah
atau menang oleh para penjudi tersebut (Karitni Kartono – Patologi Sosial –
RajaGrafindo Persada).
Promotor yang
mengadakan pertandingan tinju ini di Las Vegas, dengan disepakati oleh ketua
petarung, pembeli tiket pertandingan untuk menyaksikan di Las Vegas semua yang
berada di area ini tentunya sadar bahwa ini adalah perjudian, dan banyak
penjudi yang akan bertarung mengejar keuntungan disini, aroma dan suasana di
wilayah ini adalah judi atau kebanyakan dari mereka yang sudah memiliki
sertifikasi atau lisensi sebagai penjudi ulung. Kekuatan-kekuartan lain yang
tak terlihat tetapi turut memiliki andil dalam momentum ini yakni para mafia
dan para koboi turut berperan dalam jasa perjudian ini.
Para Penjudi
tentu telah menentukan pilihan untuk menjagokan Mayweather atau Pacquiao dengan
berbagai analisis berdasarkan para pengamat atau para analisis tinju, namun
sejujurnya olahraga tinju ketika berada di Las Vegas berbeda dengan olahraga
tinju di arena Olimpiade, Asian Games, Sea Games dan PON yang menjunjung tinggi
sportifitas dan “fair play” tidak
banyak dipengaruhi oleh kepentingan judi yang sewaktu-waktu dapat menentukan
kemenangan tanpa diduga. Pada arena ini para petinju bertinju dengan standard
aturan olahraga tinju tetapi besaran bayaran sudah diketahui lebih dahulu
karena disediakan oleh promotor.
Ajang ini
bukan milik kedua petinju ini tetapi mereka hanya sebagai alat atau sarana
untuk mempertemukan para pemangku kepentingan utama di Las Vegas yang akan
bertaruh, seperti yang dilansir oleh Daily Mail bahwa bursa turut bermain dalam
perhelatan ini, dua petaruh bursa besar sekaligus pesohor Amerika Serikat yakni
Duff Diddy (rapper kulit hitam, perancang busana AS, producer rekaman, juga
pemilik perusahaan film) menjagokan Mayweather melawan Mark Wahlberg (rapper
kulit putih, aktor, producer, mantan model) yang memilih mendukung Pacquiao,
nilai pertaruhan mereka sebesar US$ 250 atau senilai Rp. 3.2 milyar. Selain kedua
pesohor diatas masih banyak penjudi yang tidak dapat dilansir tetapi melakukan
pertaruhan di arena ini, bahkan di belahan dunia lain termasuk di Indonesia
melakukan pertaruhan judi.
Terlepas dari
para petaruh judi diatas, akan tetapi kedua petinju ini juga tidak terlepas
dari ajang perjudian. Kedua petinju atau salah satu petinju dapat “bermain mata”
atau membangun kesepakatan dengan petaruh judi tertentu atau bersekongkol
dengan bandar tertentu untuk tidak bertarung maksimal atau tidak memberikan
ruang kemenangan bagi petinju tertentu
sehingga hanya menang angka atau tidak KO.
Model ini
persis seperti Wilson Raj Perumal yang menceritakan kisahnya sebagai anggota
mafia pengatur skor pertandingan sepak bola berjudul 'Kelong Kings'. Buku
'Kelong Kings' dialih bahasakan ke dalam bahasa Hungaria. Perumal merupakan
bagian dari sindikat pengatur skor sepak bola yang berpusat di Singapura. Gaji
tinggi pemain di liga-liga top dunia, kata Perumal, akan membuat upaya menyuap
terlalu mahal. Menurut dia, suatu hal yang gila bila mafia pertandingan mencoba
mengatur hasil di liga top tanpa ia mendapatkan keuntungan finansial. Bukan
tanpa alasan Perumal memberikan saran ini. Pria 49 tahun ini bersama
rekan-rekannya pernah mencoba menyuap kiper Birmingham Ian Bennett dalam
pertandingan Piala FA melawan Liverpool pada Januari 1995. Dia juga mencoba menyogok
penjaga gawang Chelsea Dmitri Kharine pada tahun yang sama dan kembali gagal.
Diluar area
judi tinju Las Vegas dimana di area permainan profesional saja mafia bisa
bekerja untuk memenangkan sebuah pertaruhan, apa lagi di area judi dimana
petinju tentu terlibat, apalagi promotor tinju yang memiliki hubungan emosional
dengan Mayweather, sangat besar kemungkinan para hakim yang memutuskan
pertandingan ini tidak terlibat perjudian. Selalu saja sesuatu pertandingan atau
perlombaan yang dipromotori atau disponsori oleh pemodal yang orientasinya
keuntungan serta kemenangannya ditentukan oleh angka selalu saja mengabaikan
skill. Sebagaimana ajang Indonesia idol yang kemenangan seseorang ditentukan
oleh jumlah angka sms yang masuk berpeluang terjadi manipulasi, apalagi yang
notabene permainan judi syarat manipulasi.
*Pemerhati Sosial - Politik
Tidak ada komentar:
Posting Komentar