Kamis, 19 November 2009

"JANJI YANG MANIS TAK AKAN DI LUPAKAN"

JANJI YANG MANIS TAK AKAN DI LUPAKAN
*Yoyari Mau

“kau yang mulai kau yang mengakhiri, kau yang berjanji kau yang mengingkari” ini adalah sepenggal syair dari lagu hits Rhoma Irama si Raja Dangdut, tepat jika syair lagu ini dihubungkan dengan janji-janji manis yang di lontarkan oleh para kandidat calon gubernur dan calon wakil gubernur NTT.
Para Kandidat mulai menjual kecap manis ada yang menjual kecapnya dengan merek fren, merek gaul dan merek tulus. Mereka mencoba merayu rakyat dengan visi, misi yang intinya, mau mengentaskan kemiskinan dan memberantas korupsi. Namun bagi rakyat cukup sudah kegagalan ini dan jangan terulang lagi, rakyat tak mau di madu lagi. Sebab tatkala madu rakyat dihisap dan diperas kemudian rakyat ditinggalkan tetap menderita. Yang ada hanyalah kalimat penghiburan yang terucap ya nasib….. Ya nasib……
Masa kampannye bagi para kandidat telah dimulai, ada pasangan yang mencoba menarik simpati masyarakat dengan memposisikan diri sebagai orang yang di “zalimi” atau difitnah, kandidat ini mencoba mengolah perasan pendukung dan simpatisannya guna menarik empati dan rasa iba terhadap kandidat ini.
Sedangkan kandidat lain mencoba menarik simpati rakyat dengan menampilkan latar belakang asal usulnya sebagai anak petani desa yang miskin dan primitif, sehingga kondisi ini yang mendorongnya sebagai orang kecil untuk memberikan perubahan. Eksperesi diri ini sebagai anti terhadap kemapanan, ungkapan ini pun untuk menarik rasa iba rakyat.
Sedangkan ada pasangan kandidat tertentu lebih menekankan pendekatan kultur, bahwa ia dari turunan bangsawan tetapi tidak membuat jarak dengan rakyat karena sering “turba” (turun ke bawah) bersama-sama dengan rakyat seperti makan sirih pinang bersama. Namun menjadi pertanyaannya adalah perilaku ini telah dilakoni selama ini atau hanya menjelang proses pencalonan diri.

NABI YANG DINANTIKAN

Dalam artikel ini dapat di pahami Nabi sebagai pemimpin, yang mengarahkan dan memberikan pelepasan dari penderitaan dan penindasan yang di alami guna membawa ke arah yang benar (menyelamatkan). Dengan kondisi saat ini di NTT wajarlah jika dalam proses pemilihan langsung ini para kandidat hadir ditengah masyarakat dengan meneriakan perubahan melalui gagasan dan program-program.
Para kandidat ini bukan sekedar bertaruh tetapi mereka berusaha menjadi seorang Nabi untuk menuntaskan masalah-masalah yang dihadapi rakyat NTT dengan sebaik-baiknya sehingga rakyat NTT menjadi rakyat yang beradab.
Konteks ini berbeda dengan nabi dalam Kitab Suci dimana di tentukan dengan sistem teokrasi ditentukan oleh Penguasa Ilahi, sepeti Petikan Suma Theologica Saint Thomas Aquinas bahwa “ dunia diatur melalui ketetapan Ilahi (Josep Losco - 2005).
Sedangkan Nabi yang diharapkan dalam Pilkada NTT di tentukan melalui sistem demokrasi dimana rakyat yang menentukan (vox populi vox dei) bahwa suara rakyat pun merepsesentasikan suara ilahi. Rakyat menentukan pilihan bukan berdasarkan apa yang dimiliki atau gunakan bahkan dibicarakan oleh kandidat, tetapi tindakan politik apa yang telah dilakukan oleh para kandidat yang sesuai dengan hati nurani rakyat.
Rakyat perlu mencermati praktik-praktik, perilaku-perilaku yang direkomendasikan atau diisaratkan oleh kelompok-kelompok independent (penegak moral), yang masih memiliki hati nurani yang murni sebagai salah satu sumber kebenaran dapat dijadikan sebagai indikator, rakyat menentukan Nabi (baca: pemimpin) NTT kedepan.

KONTRAK POLITIK

Janji yang manis tak akan terlupakan selalu terngiang di telinga, karena di sana ada harapan di sana ada kepastian namun, tak selamanya “mendung itu hujan” tak selamanya janji itu ditepati. Dengan demikian rakyat perlu memiliki ketegasan sebelum menentukan pilihannya dimana dilakukan dan diformulasikan dalam kesepakatan secara tertulis bersama antara rakyat dan kandidat yang akan diusung.
Kesepakatan ini lebih dikenal dengan istilah kontrak politik atau kontrak social dimana pola ini untuk menjamin bahwa janji - janji manis ini bukan pepesan kosong. Kesepakatan ini untuk mengikat para kandidat apabila terpilih nanti, kesepakatan ini akan dijadikan sebagai alat atau instrumen jaminan untuk mengontrol, apabila kandidat atau pemipin terpilih tidak merealisasikan apa yang di tawarkan dalam janji kampanyenya. Dengan demikian rakyat memiliki bukti untuk menggugat di kemudian hari jika pemimpinnya tidak menunaikan janji-janjinya.
Perlu diketahui iklan kecab bermerek, selalu di kelabui dengan tampilan desain grafis dan ligting, tipuan kamera yang semuanya begitu menawan hati. Perlu di cermati bahwa kadang produk itu telah kadarluasa, mengandung zat pengawet tertentu yang membahayakan kesehatan rakyat. Bahkan mematikan atau juga bisa saja produk gagal yang di selundupkan dan dipasarkan secara illegal. Oleh sebab itu rakyat perlu mendapatkan informasi yang jelas mengenai janji-janji manis itu sehingga tidak terkecoh saat menentukan pilihan hati ….

Penulis : Anggota GMKI - Jakarta
kannutuan@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar